Kamis, 13 Januari 2011

Ekspatriat Pun Antri Kembalikan Tiket Mandala

Sejumlah calon penumpang maskapai Mandala Airlines melakukan pengembalian tiket pesawat dikantor cabang Mandala Airlines, jalan Dipinegoro, Surabaya. TEMPO/Fully Syafi

TEMPO Interaktif, Jakarta -Seorang pria bertubuh tinggi besar, berambut pirang dan berkulit putih tampak mencolok di antara antrean calon penumpang Mandala Airlines. Seperti penumpang lainnya, pria bernama Robert Gardener itu bermaksud mengembalikan tiket maskapai penerbangan Mandala Airlines yang memutuskan menutup operasinya sejak kemarin.


Gardener adalah warga Selandia Baru yang menjabat sebagai Direktur di Prestasi Junior Indonesia, sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat dari Colorado, Amerika Serikat. Ia mengaku baru pertama kali terbang dengan Mandala.

Saat ditemui di BandaraSoekarno Hatta, Tangerang, ia mengatakan tertarik menggunakan Mandala lantaran terbujuk promosi yang dilakukan maskapai ini. "Dua bulan lalu mereka berpromosi di kantor kedutaan Selandia Baru, mereka bilang ini itu, jadi saya tertarik mencobanya," kata Gardener yang ditemani seorang asistennya.

Ia membeli tiket untuk delapan orang dengan tujuan Jakarta-Hongkong dan sebaliknya. "Tiket itu untuk saya dan tujuh orang siswa berprestasi dari Indonesia yang akan mengkuti olimpiade kewirausahaan di Hongkong," katanya. Ia telah mentrasfer uang senilai Rp 25 juta untuk delapan tiket tersebut.

Ia menyesalkan Mandala tak mengumumkan dari jauh hari soal rencana penutupan itu. Padahal jadwal penerbangan Gardener sungguh mepet. Sabtu ini seharusnya ia dan tujuh murid lainnya terbang ke Hongkong. "Kami harus cari tiket dari maskapai lain," ujarnya kesal.


Tentang kebangkrutan Mandala, Robert mengaku baru mengetahuinya pagi tadi. Usahanya menghubungi layanan konsumen Mandala juga sia-sia. "Saya punya kartu nama direktur utamanya, Diono Nurjadin, tapi nomornya sudah tidak aktif," katanya.

Hal ini membuatnya semakin kesal karena merasa mengenal Diono secara pribadi. "Saya tahu Diono punya rumah mewah di kota saya di Queenstown, Selandia Baru, dan sekarang saya harus mengantre di sini, di kantornya untuk mendapatkan uang saya kembali."

PINGIT ARIA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar