TEMPO Interaktif, Jakarta - Mandala Airlines dinilai kurang cermat memilih rute penerbangan sehingga mengalami kesulitan yang berdampak penghentian operasi sejak tiga hari lalu. Padahal bisnis penerbangan nasional memiliki potensi pasar yang cukup besar dan terus berkembang setiap tahun. “Mandala terlalu banyak ekspansi ke luar negeri,” kata pengamat penerbangan niaga nasional, Arista Atmadjati, di Jakarta kemarin.
Arista mencontohkan penerbangan tujuan Makau, yang kurang potensial tapi menjadi salah satu destinasi yang dipilih maskapai ini. Padahal maskapai yang didirikan oleh Yayasan Darma Putra Kostrad dan PT Darma Putra Kencana pada 1969 ini bergerak di low cost carrier. Akibatnya, Mandala kesulitan keuangan dan berujung pada penghentian penerbangan.
Sejak tiga hari lalu Mandala mengajukan permohonan penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU) ke Pengadilan Niaga Jakarta Pusat. Jika permohonan PKPU disetujui, Pengadilan Niaga memberi waktu 45 hari untuk menyerahkan rencana bisnis guna restrukturisasi perusahaan. Saat ini saham Mandala dikuasai oleh Cardig International Aviation sebanyak 51 persen, dan sisanya Indigo Partners, perusahaan penyewaan pesawat.
Awal tahun lalu Mandala mengoperasikan 11 pesawat Airbus A-320 dan A-319 yang disewa dari lessor. Namun, karena kondisi keuangan yang terus memburuk dan membengkaknya biaya sewa, enam pesawat dikembalikan kepada pemiliknya. Kondisi Mandala semakin parah ketika pemegang saham Indigo Partners menarik lima pesawat lainnya.
Menurut Arista, Mandala seharusnya memperkuat rute domestik karena pasar masih sangat besar mengingat semakin banyak daerah hasil pemekaran yang bisa dilayani. Dia mencontohkan Lion Air, yang bergerak di low cost carrier, yang bisa bertahan di tengah persaingan bisnis penerbangan karena mampu menarik pasar sesuai dengan kebutuhan masyarakat. “Lion Air kokoh di rute domestik,” katanya.
Arista mengatakan potensi rute domestik di Indonesia sangat besar karena jumlah penumpang domestik tahun lalu saja mencapai 45 juta orang. Tahun ini diperkirakan mencapai 50 juta penumpang. Sedangkan untuk pasar Asia Tenggara, meski berkembang pesat, pemain yang melayani rute ini banyak yang berkelas internasional.
Selama Mandala menghentikan operasinya, maskapai lain dipersilakan memakai rute penerbangan Mandala. “Selama 45 hari pemulihan, maskapai lain yang butuh tambahan penerbangan boleh mengambil rute Mandala,” kata Direktur Jenderal Perhubungan Udara, Herry Bhakti S. Gumay.
Direktur Umum Lion Air, Edward Sirait, mengatakan Lion Air siap menampung limpahan penumpang Mandala. “Penumpang dapat mengalihkan penerbangan ke maskapai lain,” kata Edward. Jika melihat rute penerbangan milik Mandala Airlines yang menyebar, kondisi ini tidak akan menciptakan penumpukan penumpang di bandara. Apalagi Mandala dan Lion Air berada di level yang sama, yakni penerbangan low cost carrier.
Menteri Perhubungan Freddy Numberi mengatakan rute penerbangan Mandala tidak bakal ditutup selama masa penghentian operasi. “Trayeknya tidak terlalu khawatir karena sudah diisi Batavia Air dan Lion air,” katanya. Freddy minta Mandala segera menyelesaikan masalah finansialnya sebelum kementerian membuat keputusan.
Rosalina | Sutji Decilya
Arista mencontohkan penerbangan tujuan Makau, yang kurang potensial tapi menjadi salah satu destinasi yang dipilih maskapai ini. Padahal maskapai yang didirikan oleh Yayasan Darma Putra Kostrad dan PT Darma Putra Kencana pada 1969 ini bergerak di low cost carrier. Akibatnya, Mandala kesulitan keuangan dan berujung pada penghentian penerbangan.
Sejak tiga hari lalu Mandala mengajukan permohonan penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU) ke Pengadilan Niaga Jakarta Pusat. Jika permohonan PKPU disetujui, Pengadilan Niaga memberi waktu 45 hari untuk menyerahkan rencana bisnis guna restrukturisasi perusahaan. Saat ini saham Mandala dikuasai oleh Cardig International Aviation sebanyak 51 persen, dan sisanya Indigo Partners, perusahaan penyewaan pesawat.
Awal tahun lalu Mandala mengoperasikan 11 pesawat Airbus A-320 dan A-319 yang disewa dari lessor. Namun, karena kondisi keuangan yang terus memburuk dan membengkaknya biaya sewa, enam pesawat dikembalikan kepada pemiliknya. Kondisi Mandala semakin parah ketika pemegang saham Indigo Partners menarik lima pesawat lainnya.
Menurut Arista, Mandala seharusnya memperkuat rute domestik karena pasar masih sangat besar mengingat semakin banyak daerah hasil pemekaran yang bisa dilayani. Dia mencontohkan Lion Air, yang bergerak di low cost carrier, yang bisa bertahan di tengah persaingan bisnis penerbangan karena mampu menarik pasar sesuai dengan kebutuhan masyarakat. “Lion Air kokoh di rute domestik,” katanya.
Arista mengatakan potensi rute domestik di Indonesia sangat besar karena jumlah penumpang domestik tahun lalu saja mencapai 45 juta orang. Tahun ini diperkirakan mencapai 50 juta penumpang. Sedangkan untuk pasar Asia Tenggara, meski berkembang pesat, pemain yang melayani rute ini banyak yang berkelas internasional.
Selama Mandala menghentikan operasinya, maskapai lain dipersilakan memakai rute penerbangan Mandala. “Selama 45 hari pemulihan, maskapai lain yang butuh tambahan penerbangan boleh mengambil rute Mandala,” kata Direktur Jenderal Perhubungan Udara, Herry Bhakti S. Gumay.
Direktur Umum Lion Air, Edward Sirait, mengatakan Lion Air siap menampung limpahan penumpang Mandala. “Penumpang dapat mengalihkan penerbangan ke maskapai lain,” kata Edward. Jika melihat rute penerbangan milik Mandala Airlines yang menyebar, kondisi ini tidak akan menciptakan penumpukan penumpang di bandara. Apalagi Mandala dan Lion Air berada di level yang sama, yakni penerbangan low cost carrier.
Menteri Perhubungan Freddy Numberi mengatakan rute penerbangan Mandala tidak bakal ditutup selama masa penghentian operasi. “Trayeknya tidak terlalu khawatir karena sudah diisi Batavia Air dan Lion air,” katanya. Freddy minta Mandala segera menyelesaikan masalah finansialnya sebelum kementerian membuat keputusan.
Rosalina | Sutji Decilya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar