Penawaran saham perdana maskapai penerbangan plat merah Garuda Indonesia dilakukan dengan mempelajari perjalanan IPO Krakatau Steel (KRAS) yang menimbulkan sejumlah gejolak November lalu.
"Saat ini kita masih kajian optimalisasi nilai saham, tetapi kita bertekad untuk memperbesar penjatahan saham bagi investor domestik,"kata menteri BUMN Mustafa ABu Bakar dalam jumpa pers melihat kembali performa perusahaan BUMN 2010.
Penjualan perdana saham KRAS menjadi isu hangat setelah muncul dugaan ada pejatahan khusus pada sahamnya serta rekayasa penentuan harga sehingga saham dijual dengan harga hanya Rp850 yang dinilai sebagian kalangan terlalu murah.
"Bicara harga itu bicara soal persepsi. Semua melalui metode yang sudah dilakukan tesnya baik oleh kami selaku pemilik, oleh analis serta melalui penjajakan pasar,"kata Deputi Menteri BUMN bidang Prencanaan dan Restrukturisasi Strategis, Pandu Djajanto.
Meski demikian, kata Pandu, ada pula unsur penilaian internal terkait kinerja calon emiten.
"Dalam kasus Garuda, kami masih pelajari untuk dapat nilai terbaik, bukan soal apakah tinggi atau rendah. Yang penting metodenya lebih bagus,"tambahnya.
Kementrian BUMN menurut Pandu juga masih mencari nilai pembanding yang dianggap tepat untuk garuda, dari saham maskapai penerbangan lain yang sudah lebih dulu melantai di bursa.
Menyangkut komitmen penjatahan saham dengan janji porsi investor dalam negeri yang diperbesar, Pandu menyebut syarat komitmen jangka panjang investor domestik.
"Selama dalam negeri itu punya komitmen tinggi untuk menjadi investor long term."
Sebagai gambaran, dalam IPO KRAS struktur alokasi saham diatur 65% untuk investor domestik dan investor asing 35%.
Saat dikritik karena dianggap memberi jatah terlalu banyak, Kementrian BUMN saat itu menyatakan penjatahan untuk investor luar negeri diberikan dengan ikatan komitmen pembelian jangka panjang.
Nyatanya pada hari pertama penjualan di lantai bursa, investor asing justru diberitakan ramai-ramai melepas saham saat harganya sudah naik.
Pada penutupan Sesi I Rabu (10/11/2010), investor asing melepas saham KRAS yang harganya sudah melesat hingga Rp1.250 per lembar saham, sehingga kepemilikan asing saat itu hanya tersisa 5%.(BBC)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar